Tragedi pilu melanda Jawa Timur setelah bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ambruk. Saat ratusan santri melaksanakan salat berjemaah, musala yang sedang direnovasi itu tiba-tiba runtuh total. Peristiwa nahas ini sontak membawa Duka Sidoarjo yang mendalam, mengubah sore yang tenang menjadi hari yang penuh air mata dan kepanikan.
Penyebab runtuhnya bangunan mushola tiga lantai ini diduga kuat karena kegagalan struktur konstruksi. Beban pengecoran lantai atas dinilai tidak seimbang dengan kemampuan fondasi dan tiang penyangga, memicu fenomena pancake collapse. Para ahli teknik sipil telah turun ke lokasi untuk melakukan investigasi menyeluruh, memastikan insiden ini menjadi pelajaran krusial bagi pengawasan pembangunan di masa depan.
Jumlah korban jiwa terus bertambah seiring hari-hari evakuasi. Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan berjuang keras menembus puing-puing beton. Hingga kini, puluhan korban telah dikonfirmasi meninggal dunia, sementara beberapa santri yang beruntung selamat dari runtuhan pondok pesantren masih harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Operasi pencarian ini berlangsung sangat hati-hati mengingat risiko adanya runtuhan susulan. Alat berat seperti ekskavator digunakan secara terbatas, dan sebagian besar evakuasi dilakukan secara manual untuk memetakan titik-titik yang diduga menjadi tempat korban tertimbun. Keluarga korban dengan setia menanti kabar di posko darurat, berharap ada keajaiban yang menyertai upaya tim penyelamat.
Solidaritas dari masyarakat tak terhingga, mengalirkan bantuan logistik, moral, dan doa. Bantuan dari berbagai elemen, mulai dari organisasi kemasyarakatan hingga mahasiswa, turut hadir mendirikan dapur umum dan posko kesehatan. Tragedi di Sidoarjo ini benar-benar menguji keteguhan hati bangsa, namun juga menumbuhkan rasa persatuan yang kuat.
Pemerintah daerah dan pusat telah memastikan akan menanggung seluruh biaya pengobatan para korban luka-luka. Mereka juga berjanji akan mengaudit izin dan standar keamanan bangunan, khususnya di lingkungan pendidikan keagamaan. Hal ini penting agar keselamatan santri dapat terjamin, dan kejadian serupa tidak terulang lagi di masa mendatang.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit tentang pentingnya kepatuhan terhadap standar keamanan konstruksi. Setiap bangunan publik, termasuk fasilitas pendidikan, harus dipastikan memiliki fondasi yang kuat dan perencanaan yang matang. Mari kita kirimkan doa terbaik bagi para korban jiwa, semoga mereka mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga diberi ketabahan.
Duka ini bukan hanya milik Duka Sidoarjo, melainkan duka seluruh Indonesia. Upaya evakuasi terus berjalan, didukung oleh semangat pantang menyerah dari tim SAR dan harapan tak putus dari seluruh masyarakat. Kita berharap proses pencarian dapat segera rampung, dan semua korban dapat ditemukan, mengakhiri trauma yang mendalam ini.
