Ecotourism di Kalimantan: Mengenal Lebih Dekat Orangutan dan Hutan Tropis

Kalimantan, sebagai paru-paru dunia, menawarkan pengalaman wisata yang jauh melampaui keindahan visual: ia menawarkan pelajaran berharga tentang konservasi dan keanekaragaman hayati. Perjalanan untuk mengenal lebih dekat orangutan dan hutan hujan tropisnya menjadi daya tarik utama. Ecotourism di Kalimantan bukan sekadar liburan, melainkan sebuah misi untuk mendukung pelestarian lingkungan dan ekonomi masyarakat lokal. Konsep ecotourism ini mengedepankan prinsip keberlanjutan, memastikan bahwa dampak kunjungan wisatawan bersifat minimal terhadap alam, namun maksimal dalam hal edukasi dan kontribusi finansial bagi konservasi.

Pusat utama dari Ecotourism di Kalimantan adalah kawasan konservasi seperti Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah. Taman nasional ini, yang beroperasi sejak tahun 1982, merupakan rumah bagi populasi orangutan liar terbesar di dunia. Wisatawan dapat menyusuri Sungai Sekonyer menggunakan klotok (perahu kayu tradisional) selama 3 hari 2 malam untuk mencapai pos-pos rehabilitasi, seperti Camp Leakey. Di Camp Leakey, yang didirikan oleh primatolog terkenal Dr. Biruté Galdikas, wisatawan dapat menyaksikan proses pemberian makan orangutan dan mempelajari upaya rehabilitasi satwa yang diselamatkan dari konflik lahan atau perdagangan ilegal. Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mencatat bahwa kunjungan wisatawan ke Tanjung Puting pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai 15.000 orang, di mana 70% di antaranya adalah turis asing.

Namun, Ecotourism di Kalimantan menghadapi tantangan besar terkait deforestasi dan perubahan iklim. Ekspansi perkebunan kelapa sawit dan pertambangan seringkali memicu konflik habitat, yang berujung pada peningkatan jumlah orangutan yang perlu direhabilitasi. Sebagai respons, Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah, melalui Dinas Kehutanan setempat, telah menetapkan Zona Konservasi Penyangga seluas 50.000 hektar per 1 Agustus 2025, yang berfungsi sebagai buffer antara kawasan lindung dan area industri. Langkah ini didukung oleh penetapan tarif masuk konservasi yang lebih tinggi untuk wisatawan asing, dengan 50% dari pendapatan tiket tersebut dialokasikan langsung untuk pendanaan patroli anti-perambahan hutan.

Selain orangutan, hutan hujan Kalimantan menawarkan keunikan flora dan fauna lain yang tak ternilai. Pengunjung dapat melihat bekantan (proboscis monkey), berbagai spesies burung endemik, dan flora langka seperti bunga bangkai (Rafflesia arnoldii) di musim mekar. Melalui ecotourism yang bertanggung jawab, setiap wisatawan secara langsung berpartisipasi dalam mendukung upaya konservasi ini. Pemesanan tur yang dilakukan melalui operator lokal berlisensi dan kepatuhan terhadap peraturan konservasi yang ketat memastikan bahwa kehadiran manusia tidak merusak ekosistem hutan tropis yang rapuh dan vital ini.